Selasa, 26 Oktober 2010

Orang Minang Galakkan Budaya Malu


Orang Minang Galakkan  Budaya Malu

Maraknya tindak kriminal yang terjadi di ranah minang nyatanya menyulut emosi masyarakat. Tak hanya masyarakat yang dirugikan oleh tindakan criminal, tapi juga masyarakat yang mengetahui informasi tindakan criminal yang terjadi. Amarah masyarakat pun semakin disulut ketika fakta menyatakan pelaku kejahatan perampokan ATM di Sumbar merupakan penjahat terorganisir yang berasal dari luar Sumbar.

Sosiolog dari Unand, Azwar menjelaskan individu memiliki kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pangan, sandang hingga papan. Namun, tidak semua individu mampu memenugi ketiga kebutuhan tersebut karena keterbatasan ekonomi. Keinginan yang kuat untuk menikmati kebutuhan papan (tersier) membuat individu menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.

“Termasuk melakukan perampokan. Tapi karena kebutuhan akan kemewahan semakin bergejolak, pelaku perampokan pun mulai mengorganisir diri. Sasaran pun tidak lagi rumah ke rumah, tapi sudah ATM yang merupakan sarana umum yang menyimpan uang hingga ratusan juta,” tuturnya.

Karena terorganisir, maka para perampok yang berasal dari luar kota pun bisa dengan mudah beroperasi di Sumbar. Para perampok import (dari luar Sumbar) tersebut mudah masuk dan beroperasi ke Sumbar karena karakter masyarakat Minang yang terbuka dan ramah pada orang baru.

Masyarakat minangkabau, kata Azwar, kurang berhati-hati dalam menerima pendatang baru. Itu terbukti dengan jarangnya diberlakukan aturan tamu harap lapor 1x24 jam pada RT dan RW. Sehingga, tidak hanya perampok yang mudah datang ke Sumbar tapi bisa juga teroris.

“Kalau orang minang melakukan kejahatan, dia pasti malu mengaku sebagai orang minang. Karena orang sekampungnya akan mencaci maki dia. Orang minang tidak memaafkan tindak kejahatan yang dilakukan,”tuturnya.

Sementara itu, Antropolog dari Unand, Nursyirwan Effendi menilai karakter orang minangkabau itu keras. Artinya, keras dalam memerangi kejahatan dan malu untuk melakukan tindakan yang keluar dari norma dan adapt istiadat yang ada. Masyarakat minangkabau berpegang pada kejujuran. Karena itu, mengherankan jika ada orang minang yang melakukan kejahatan namun bangga mengakui diri sebagai orang minang.

“Kita lihat bagaimana masyarakat minang mengutuk tindak kejahatan di Sumbar. Bahkan, mereka mendukung kepolisian untuk menanngkap pelaku,”tuturnya.

Kedepannya, kata Nursyirwan, masyarakat Minang harus berhati-hati terhadap pendatang baru. Tidak boleh mudah percaya apalagi hingga memberikan tumpangan pada orang asing. RT dan RW harus mengontrol masyarakatnya dan harus waspada jika ada tindakan yang mencurigakan.

“Aksi kriminal bisa terjadi di mana saja, terlebih pada tempat keramaian seperti bank, pusat perbelanjaan, kantor pegadaian, SPBU dan tempat penukaran uang. Untuk itu, diperlukan kewaspadaan yang tinggi dari aparat keamanan guna mengantisipasi aksi tersebut,”tuturnya.

Aksi perampokan dengan senjata api ini setidaknya sudah membuat masyarakat menjadi ketakutan. Oleh Karena itu, untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat diharapkan pihak keamanan (TNI-Polri) tidak menganggap remeh aksi perampokan bersenjata api ini.(m)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar