Selasa, 26 Oktober 2010
Feature Tumpukan Sampah di Kota Padang
"Warga Resah Masalah Sampah"
Tumpukan sampah menyebabkan warga resah. Kebersihan pun sering salah kaprah, hingga tak mengherankan jika pengelolaan sampah selalu menuai masalah. Ulah tak ada petugas pengangkut sampah, warga pun membuncah dan akhirnya sampah-sampah pun ditumpuk sesatu wadah dan menimbulkan penyakit dan bau busuk yang membawa musibah. Lantas siapa yang salah, masyarakat atau pemerintah?
Laporan—Marisa Elsera
Buanglah sampah pada tempatnya, slogan itu tampaknya hanya menjadi nasehat picisan yang tidak begitu diindahkan oleh sebagian masyarakat kota Padang. Meski sudah ada larangan untuk tidak membuang sampah disembarang tempat, nyatanya masih mudah kita jumpai tempat pembuangan sampah dadakan yang tidak memiliki system pembuangan yang jelas.
Alhasil, sampah yang ditumpuk tersebut harus membusuk sendiri tanpa diolah. Masyarakat pun dihantui oleh ancaman penyakit dan bau busuk sampah yang cukup menyiksa indera penciuman. Terkadang bau busuk tumpukan sampah itu pun bercampur dengan amisnya limbah ikan. Jika diamati lebih seksama, sampah-sampah masih ditemui di sudut-sudut kota. Bahkan masih ada warga masyarakat terutama pengguna jalan yang membuang sampah sembarangan dari kendaraan mereka.
Bahkan tak hanya ancaman penyakit, warga juga dihantui oleh ancaman banjir yang disebabkan oleh penyumbatan saluran drainase akibat membuang sampah sembarangan. Sebab jika air drainase naik akibat hujan terus, sampah yang tertumpuk di saluran air tersebut langsung menggenang disekitar rumah warga.
Lebih parahnya lagi, jumlah sampah yang ada bukan malah berkurang namun dari hari ke hari sampah yang ada semakin banyak dan tertumpuk.
Dari pantauan Padang Ekspres, tumpukan sampah terlihat di pinggiran jalan Mohammad Hatta, Bay Pass, Ampang, Purus, di , pinggir Bandar kali dan di depan pasar-pasar di kota Padang. Kendati tak ada box penampung sampah, tetap saja masyarakat membuang sampah disembarang tempat. Alhasil, bau busuk pun timbul di sepanjang jalan yang dilalui.
“Sangat mengganggu kami, baunya yang tak sedap bikin seisi rumah tak nafsu makan. Selain itu, kasihan juga anak-anak yang rentan sakit karena daerah tempat mereka tinggal dan bermain sudah sa-ngat kotor,” ungkap Ute, warga Ampang.
Dijelaskannya, warga memang menumpuk sampah di lahan kosong milik warga karena memang tidak ada truk sampah yang mengangkut sampah-sampah rumah tangga. Truk sampah itu, kata Ute, hanya masuk ke jalan-jalan besar saja sedangkan bagi warga yang tinggal di gang kecil, terpaksa harus jalan jalan besar untuk mencari box sampah yang dibangun oleh dinas kebersihan.
Sementara itu, Saiful, warga Purus mengaku aktivitas warga membuang sampah ke pinggir jalan sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu. warga tidak mau lagi iuran untuk membayar retribusi sampah karena pengalaman sebelumnya warga diminta membayar tapi pelayanan kurang optimal sehingga pengangkutan sampah yang dilakukan oleh tukang sampah hanya sekali dalam seminggu.
“Kalau mereka mengambil sampah sekali dalam seminggu, sampah sudah keburu membusuk dan bertumpuk di depan rumah. Mendingan kami taruh di suatu tempat dan kalau sudah menumpuk banyak, pasti dinas kebersihan akan mengangkutnya,”tutur Saiful yang tak lagi membayar uang retribusi sampah.
Begitupun pengakuan Iin, pedagang pasar Alai. Menurutnya penumpukan sampah di pasar disebabkan oleh kekurangan personil kebersihan pasar. Diuraikannya, di Pasar Alai hanya ada satu petugas kebersihan yang setiap harinya bertugas mengangkut tumpukan sampah. Karena keterbatasan petugas itulah kebersihan pasar alai kurang maksimal sehingga tak mengherankan jika tak hanya tumpukan sampah yang tampak tapi juga genangan air.
“Petugasnyo se cieknyo. Baa caro ka barasiah? Iko se lah pedagang nan turun manyapu dan mambarasiahan di muko kadainyo surang-surang mah. (petugas hanya satu. Bagaimana cara membersihkannya? Biasanya pedagang yang menyapu dan membersihkan di depan warungnya masing-masing,” tutur Iin.
Kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Kepedulian untuk menjaga lingkungan dengan baik tampaknya masih minim. Begitu pula dengan peranan dinas kebersihan dan tukang sampah yang tidak serius melakukan pengelolaan sampah. Jika menginginkan masyarakat aktif menjaga kebersihan tentunya instansi terkait perlu menyokong dengan mejalankan tugasnya sesuai prosedur.
Kesadaran menjaga kebersihan tak hanya bisa ditumpukan pada masyarakat semata, pemerintah bisa menggunakan fasilitas publik yang dimiliki untuk menyokong program kebersihan di kota Padang. Tak cukup dengan hanya menyediakan tong sampah tapi juga mengawasi jalannya pengelolaan sampah. (m)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar